Ronal Surya Aditya, S.Kep, Ns, M.Kep Dosen STIKes Kepanjen Malang
Bagaimana cara mengendalikan remaja pada masa PSBB atau masa isolasi mandiri?
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental.
Kondisi Pandemi Covid-19 seperti sekarang memaksa semua orang dari segala usia untuk tetap selalu di rumah, tidak terkecuali para remaja. Para orang tua yang memiliki remaja mereka wajib meng-isolasikannya. Selama Covid-19 meng-isolasikan remaja akan memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan meng-isolasikan usia balita. Remaja cenderung merasa berbeda.
Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah “pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan.
Anak remaja mungkin nakal kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau mungkin ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin bersama-sama dengan sahabatnya.
Pandemi Covid-19 yang semakin memakan banyak korban dan penularan yang cepat membuat semuanya khawatir. Terutama para orang tua yang memiliki remaja, karena mereka memiliki sifat alamiah seperti yang dijelaskan diatas. Berdasarkan penelitian kelompok usia yang sering menularkan Covid-19 adalah usia remaja, karena mereka mobilisasinya masih aktif. Peran orang tua disini adalah melakukan isolasi pada anak remajanya.
Berikut adalah beberapa tips untuk orang tua yang memiliki anak remaja pada masa Pandemi Covid-19 :
1. TEKANKAN JARAK SOSIAL
Tantangan pertama dengan remaja dan dewasa muda mungkin membuat mereka mematuhi pedoman untuk jarak sosial.
Remaja cenderung merasa tak terkalahkan, kata David Anderson, PhD, seorang psikolog klinis di Child Mind Institute, “mereka cenderung sangat menyadari bahwa coronavirus tidak bermasalah untuk rentang usia mereka”.
Orang tua melaporkan banyak Perlawanan ketika remaja diberitahu bahwa mereka tidak bisa keluar dan berkumpul dengan teman-teman. “Fakta bahwa coronavirus tidak berdampak bagi mereka, adalah alasan mereka untuk tidak mematuhi perintah orang tuanya,” kata Dr. Anderson. "Mereka ingin berkumpul dengan teman-teman mereka, dan mempertanyakan, mengapa jarak sosial harus berlaku untuk mereka."
Orang tua bertanya apa yang harus dikatakan kepada mereka. "Saran Penlis adalah bahwa paparan virus ini adalah hal yang eksponensial, dan itu bukan tentang mereka, Ini bukan tentang fakta bahwa mereka merasa baik-baik saja atau fakta bahwa coronavirus tidak terlalu mempengaruhi mereka. Itu fakta bahwa mereka bisa menjadi pembawa tanpa gejala (OTG) dan mereka bisa membunuh orang lain, termasuk kakek-nenek mereka."
Satu hal yang perlu ditekankan, adalah: "Anda tidak bisa tahu bahwa teman Anda baik-baik saja. Dan Anda mungkin merasa nyaman mengambil risiko dengan berkumpul bersama teman-teman anda, secara tidak langsung Anda membawa virus tersebut ke rumah Anda."
2. PAHAMI FRUSTRASI MEREKA KARENA TIDAK MELIHAT TEMAN
Untuk remaja dan dewasa muda, Teman sangat penting bagi dirinya. Seorang remaja yang memiliki ikatan dengan teman sebaya adalah salah satu perkembangan penting yang harus dilalui oleh remaja. Jika anak remaja Anda merajuk/tidak senang saat isolasi di rumah dengan orang tua dan saudara kandung, saling curhat mungkin bisa membantu, kata Rachel Busman, PsD, seorang psikolog klinis di Child Mind Institute.
Harus diakui bahwa Anda itu menyebalkan bagi mereka karena mereka harus terpisah dari teman-temannya. Hal yang anda lakukan adalah “Dengarkan apa yang mereka rasakan, validasi/ungkap kembali perasaan itu dan kemudian secara langsung berdiskusi layaknya teman, bagaimana Anda dapat bekerja sama untuk membuat situasi ini kita cari jalan keluar untuk tetap bertahan di rumah.
Melonggarkan aturan tentang waktu yang dihabiskan di media sosial, misalnya, akan membantu mengkompensasi waktu bersosialisasi yang hilang saat pulang sekolah. Dorong mereka untuk menjadi kreatif tentang cara-cara baru untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka secara sosial di media sosial.
3. MENDUKUNG SEKOLAH JARAK JAUH
Orang tua melaporkan perasaan tertekan dan bingung tentang bagaimana membantu anak-anaknya menjalani proses pembelajaran jarak jauh/ daring. Anak-anak usia 10 tahun kebawah untuk memecahkan masalah mereka adalah menemukan kegiatan yang menyenangkan yang dapat mendidik.
Tetapi dengan siswa remaja, memenuhi harapan dari pihak sekolah agar belajar, membaca dan mengerjakan tugas di rumah, dapat menjadi tantangan. Terutama bagi mereka dengan ADHD, gangguan belajar.
"Saya benar-benar kewalahan dengan mencoba mencari cara untuk menyusun jadawal belajar," curhat seorang ibu kepada penulis. “Saya tidak pernah berencana homeschooling untuk anak-anak saya. Saya tidak memiliki pelatihan dalam hal ini. "
Anda dapat membantu remaja dan mahasiswa yang Study From Home dengan membuat jadwal yang realistis untuk menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu, membangun waktu istirahat dan waktu untuk bersosialisasi, berolahraga, dan hiburan.
Prinsip kuncinya: lakukan satu sesi pekerjaan terlebih dahulu, lalu hadiahi diri Anda dengan sesuatu yang menenangkan. Ingatlah bahwa ini tidak akan seefektif sekolah, tetapi mungkin akan menjadi lebih efektif dari waktu ke waktu karena semua orang di sekolah, universitas serta di rumah, bekerja untuk meningkatkan pembelajaran jarak jauh/daring.
4. DORONG KEBIASAAN SEHAT
Remaja dan dewasa muda akan melakukan aktivitas lebih baik selama masa stres ini jika mereka mendapatkan tidur yang cukup, makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur. Mempertahankan jadwal tidur yang konsisten, dengan waktu yang dapat diprediksi untuk bangun dan tidur, sangat penting untuk mempertahankan suasana hati yang positif dan kemampuan mereka untuk memenuhi harapan akademik.
Kebiasaan sehat sangat penting bagi remaja yang mungkin berjuang dengan kecemasan atau depresi. Kehilangan rutinitas yang Anda andalkan dapat menjadi sumber stres yang besar, jadi Jill Emanuele, PhD, seorang psikolog klinis di Child Mind Institute, merekomendasikan untuk membangun “Rutinitas baru”.
“Pastikan Anda makan dengan benar dan tidur, bersosialisasi, dan terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan”. Peringatan untuk orang dewasa muda harus menghindari tidur terlalu banyak ketika mereka tinggal di rumah.
"Memang ada lebih banyak peluang untuk tidur di rumah, dan istirahat, tetapi yang lebih penting saat ini Anda masih harus aktif untuk masa depan anda."
Emanuele juga mencatat bahwa anggota keluarga yang sedang berkumpul lebih sering dapat merasa bahagia atau membuat stres. “Keluarga perlu meredakan ketegangan di rumah dengan orang tua dan saudara kandung, karena semua orang akan lebih stres,” katanya.
“Cara melakukannya akan berbeda untuk setiap keluarga, tetapi orang tua memikirkan kapan memberi kebebasan lebih banyak kepada anak muda dan bagaimana memastikan bahwa waktu anak-anak mereka masih terstruktur. Setiap orang harus berkontribusi dalam untuk menyelesaikan masalah jadwal/kebiasaan sehat ini."
5. VALIDASI KEKECEWAAN MEREKA
Dampak yang paling menyakitkan dari krisis coronavirus adalah kehilangan pengalaman penting: Kegiatan olahraga tahunan, Pesta dan Wisuda.
Sementara kita semua kehilangan kegiatan yang sangat bernilai, tambah Dr. Anderson, “sangat problematis bagi remaja untuk memikirkan tentang hal-hal baru, mencari kesenangan, mencari tantangan baru yang dibatasi dengan cara isolasi seperti ini.”
Beri mereka ruang untuk membagikan perasaan mereka dan dengarkan tanpa penilaian (atau tanpa meyakinkan mereka bahwa semuanya akan baik-baik saja). Beberapa akan khawatir tentang kegiatan yang hilang.
Diharapkan untuk membantu mereka dengan aplikasi kuliah. Anak-anak tentu bertanya-tanya bagaimana ini akan mempengaruhi masa depan mereka. Sekali lagi, Penulis menekankan “beri mereka ruang untuk membagikan perasaan mereka dan akui stres yang sebenarnya mereka alami. Kemudian ungkapkan kepercayaan diri pada kemampuan anak Anda untuk pulih”.
6. BANTU MEREKA MELATIH TEKNIK MINDFULNESS.
Teknik mindfulness bisa sangat membantu dalam situasi seperti ini, di mana rutinitas kita terganggu dan kita mungkin merasa kewalahan oleh frustrasi dan kekecewaan. Mindfulness mengajarkan kita untuk menyesuaikan emosi kita pada saat tertentu dan mengalaminya tanpa menghakimi siapapun.
Dalam apa yang disebut mindfulness," kita membiarkan diri kita duduk dengan emosi daripada melawannya. Seperti Joanna Stern, PsyD, seorang psikolog klinis di Child Mind Institute, menjelaskan, "Anda mengatakan pada diri sendiri, tidak apa-apa untuk merasa cemas sekarang. Tidak apa-apa merasa takut.
Tidak apa-apa untuk merasa marah. Anda menerima perasaan yang Anda miliki dan memvalidasinya karena kita semua memiliki perasaan itu. Sangat penting bagi Anda untuk menerima mereka apa adanya daripada melawan mereka".
Dengan kata lain, penulis menekankan, “Kita berkata pada diri kita sendiri: 'Ini menyebalkan, dan saya akan sedih tentang hal itu, dan saya akan marah tentang hal itu, dan saya akan merasa cemas tentang itu, 'atau apa pun itu. Kemudian memungkinkan kita untuk melanjutkan dan berkata, "Oke, jadi sekarang apa yang perlu dilakukan?"
Isolasi mandiri di rumah, butuh kerjasama dengan keluarga lainya. Ini lah saatnya saling memahami dan saling mengerti sifat masing-masing anggota keluarga. Masa ini hal yang akan kita rindukan suatu hari nanti. Jangan pernah menyerah, perang sesungguhnya adalah kita melawan diri kita sendiri. Saat kita mampu mengendalikan diri kita, kita akan mampu mengendalikan anggota keluarga lainnya. Mulailah dari diri sendri.
Penulis mohon ijin memberikan puisi
BENCI YANG KU RINDUKAN
Kedipan mata serasa melihat neraka
Sel yang bergerak memancarkan duka
Hirupan napas tanpa udara
Otak serasa melayang tanpa arah
menambah gila di tempat yang hina
tampak malaikat bernama ayah dan bunda
ego diri mendidih mendengar setiap katanya
kesadaran terkadang membenarkannya
tapi nafsu diri tak mampu menahannya
hati bergetar rindu tapi bibir berkata malu
tak akan pernah terulang momen ini.